Tinjauan tentang Pembelajaran

embun hati

Pembelajaran diartikan sebagai upaya membelajarkan siswa (Degeng, 1989). Sementara Joice dan Weil (1986) menegaskan bahwa hakikat mengajar atau teaching adalah "membantu para siswa memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berpikir, sarana untuk mengekspresikan diri, dan cara-cara bagaimana belajar". Dalam kenyataan sesungguhnya, hasil akhir atau tujuan jangka panjang dari proses belajar mengajar adalah "....the student's increased capabilities to learn more easily and effectively in the future...". "Kemampuan siswa yang tinggi untuk dapat belajar lebih mudah dan lebih efektif dimasa yang akan datang" (Joice dan Weil, 1986:1). Raka Joni (1980:1) menyebutkan bahwa pembelajaran adalah penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya belajar.

Penciptaan sistem lingkungan berarti menyediakan seperangkat kondisi lingkungan bagi siswa tersebut. Kondisi ini dapat berupa sejumlah tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa, persoalan yang menuntut agar siswa memecahkannya, seperangkat keterampilan yang perlu dikuasai siswa. Termasuk di dalamnya seperangkat kondisi yaitu sejumlah informasi atau pengetahuan atau keterampilan yang perlu dikuasai siswa.
Pembelajaran merupakan perbuatan yang kompleks, oleh karena itu perencanaan maupun pelaksanaannya memerlukan pertimbangan-pertimbangan yang arif dan bijaksana. Untuk memutuskan tujuan yang hendak dicapai, guru perlu mempertimbangkan karakteristik anak (Dick & Carey, 1990:82).
Pembelajaran adalah science atau ilmu pengetahuan ilmiah. Di samping itu, pembelajaran juga merupakan seni dan teknologi. Sebagai ilmu, pembelajaran bertolak dari bangunan teori ilmiah yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Oleh karena itu, setiap keputusan tentang tindakan pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru dapat dipulangkan rasionalitasnya kepada landasan teori yang mendasarinya. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan untuk melakukan pembelajaran itu dapat dipelajari oleh siapapun yang berminat. Lebih lanjut Davies, (dalam Miarso, 1994) menyatakan bahwa:
The art side of instruction cannot really be tought. It is gained by experience and by learning from the experience. The science side of instruction can be tought, and that is all about. By studying and systematically acquiring the strategies and tactics associated with the science of instruction, almost any one can became a component teacher.

Pernyataan di atas mengandung makna bahwa sebagai seni, kemampuan melaksanakan pembelajaran dapat bergantung pada bakat bawaan seseorang. Seseorang yang memiliki bakat mengajar siswa, akan cenderung tampak performance/meyakinkan pengajarannya orang itu lebih sempurna; dibandingkan dengan mereka yang kurang berbakat.
Pembelajaran merupakan penerapan yang sistematik dari penerapan desain dan evaluasi proses pembelajaran secara menyeluruh untuk mcncapai tujuan instruksional yang spesifik, berdasarkan pada penelitian teori belajar, komunikasi dan penggunaan secara kombinasi dari berbagai sumber manusia dan non manusia untuk mcmperoleh efektifitas pembelajaran (Commision on Instructional Technology, USA).
Reigeluth dan Merrill (1978) menyatakan ada 3 (tiga) variabel yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran, yaitu:
1. Variabel kondisi pembelajaran, yang meliputi karakteristik siswa, karakteristik bidang studi, kendala pembelajaran, dan tujuan instruksional;
2. Variabel metode pembelajaran, yang meliputi strategi pengorganisasian, strategi pengelolaan, dan strategi penyampaian pembelajaran;
3. Variabel hasil pembelajaran, yang meliputi efektifitas, efisiensi, dan daya tarik pembelajaran.

Dan banyak konsepsi pembelajaran yang berhasil diformulasikan oleh para ahli, dapat ditarik hal yang substansial bahwa tujuan setiap penyelenggaraan pembelajaran adalah agar terjadi proses belajar dalam diri siswa. Dengan demikian proses belajar pada hakekatnya adalah proses kognitif berupa reaksi intelektual anak atau individu terhadap suatu kondisi belajar yang merangsangnya. Oleh karena itu, unruk mendorong terciptanya peristiwa belajar pada diri seseorang diperlukan lingkungan yang kondusif. Lingkungan yang kondusif itu berupa kondisi yang diharapkan dapat menggerakkan atau merangsang beroperasinya mental atau pikiran siswa.
Lingkungan yang kondusif dapat diciptakan dengan menyediakan berbagai sumber belajar yang dapat membuat aktivitas belajar siswa. Aktivitas guru yang berupaya untuk menciptakan lingkungan yang kondusif agar mental atau pikiran siswa terdorong dan terangsang untuk belajar. Hal itulah yang disebut dengan pembelajaran. Dalam kaitan ini, Gagne (dalam Hanafi dan Manan, 1988:59) mendefinisikan pengajaran (pembelajaran) adalah seperangkat peristiwa eksternal yang diciptakan dan dirancang untuk mendorong, menggiatkan, dan mendukung belajar siswa.
Dalam penyusunan teori belajar dan konsep mengajar dapat dilakukan melalui enam pendekatan berikut:
1. Menghubungkan dan mengintegrasikan hasil-hasil suatu studi dengan hasil studi lainnya yang menggunakan cara dan prosedur yang sama.
2. Mensintesiskan penemuan yang saling berhubungan dengan cara mempelajari beberapa model miniatur yang difokuskan pada penelitian proses atau sub proses belajar.
3. Menghubungkan hasil-hasil penemuan dengan teori-teori yang lebih komprehensif agar diperoleh teori belajar yang komprehensif pula. Teori belajar yang komprehensif minimal termasuk; persepsi, kemampuan dan motivasi.
4. Mewujudkan kesepakatan untuk membangun satu teori yang diterima bersama sebagai kerangka dasar untuk mengembangkan teori belajar yang komprehensif.
5. Berdasarkan pendekatan keempat di atas muncul aliran-aliran dan pandangan belajar yang berbeda sehingga terjadi persaingan satu sama lainnya, menuju kepada teori belajar komprehensif.
6. Pendekatan yang berorientasi kepada penelitian belajar yang terintegrasikan dengan teori ilmu prilaku manusia seperti Sosiologi, Antropologi, Ekonomi dsb.

Keenam pendekatan tersebut terlihat hampir dalam setiap tahap perkembangan sejarah pendidikan yang dimulai pada akhir abad ke-19. Ada empat periode, pengembangan teori belajar dan konsep mengajar yakni:
1. Akhir abad ke-19 yang ditandai dengan timbulnya pendidikan sebagai ilmu.
2. Periode pertama abad ke-20 yang melahirkan beberapa aliran pendidikan yang saling bersaingan.
3. Periode tahun 1930-1950 yang ditandai dengan teori belajar dan konsep mengajar komprehensif.
4. Periode pertengahan abad ke-20 yakni periode yang ditandai dengan banyaknya pedagog mengadopsi pendekatan model miniatur dalam menyusun teorinya.


0 Responses to "Tinjauan tentang Pembelajaran"

Posting Komentar